Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

Dua Cangkir Kopi Bali

Sumber foto: @NeazzaID | Arbin Fipel             Tiba-tiba saja masa lalu sepaket dengan kenangannya menyapaku kembali. Kukira mereka telah mati dikubur sang waktu. Nyatanya kini mereka bangkit dari tidur panjangnya dan sedang mencoba menggapai ingatanku lagi tentang dia. Katakan saja mereka—si masa lalu dan kenangan itu—tengah mengusahakan sebuah perdamaian denganku, agar aku mau membuka sedikit pintu ingatanku tentang mereka. Mereka tak benar-benar mati, karena memang dari awal aku tak pernah membunuhnya. Mereka hanya sejenak terlupakan dan terabaikan olehku.             Kenangan itu kembali datang bersama sebuah pesan singkat di ponselku. Tak ada nama yang tertera di layarnya, hanya dereta sebelas angka yang kutahu pasti siapa pengirimnya. Dua tahun lalu, saat kurasa semuanya harus terhenti, aku telah menghapus nomor itu dari contact list ponselku. Sudah terlanjur hapal, karena sering diingat dan itu adalah satu-satunya nomor ponsel yang setia mengirimiku pesan setiap

Sesederhana Ucapan Selamat Pagi

sumber foto: lastcanned.tumblr.com Bogor, 10 Agustus 2014 20.36 WIB Padamu yang masih menyisakan rindu, Anggap saja ini adalah sebuah memoar tentang perjalanan kita yang singkat. Kukatakan singkat karena kita harus berhenti di tengah jalan, sedangkan perjalanan kita masih ada setengah jalan lagi. Aku, tepatnya, yang harus menghentikan perjalanan ini, lalu berbalik arah menapaki jejakku kembali sebelum mencapai tempat ini, bersamamu. Jika kau ingin melanjutkan perjalanan ini, silakan. Bawa harapan yang pernah kita rangkai bersama di tujuan yang selalu kita impikan. Namun, maaf jika kini kau harus meneruskannya sendiri. Atau carilah pendamping pengganti diriku. Dan kurasa dia bisa melakukannya untukmu. Sedarlah, Ar, kita sekarang bukan lagi sebagai kau dan aku. Maka lepaskan perlahan. Aku pun akan melepaskanmu. *** Siang itu kau datang dengan kehangatan hatimu yang menenangkan. Sedang aku telah mendingin bersama secangkir cappuccino yang terus kuaduk. Kita duduk di s

Teruntuk Kau yang Tak Bisa Kusebut Namanya (di sini)

sumber foto: weheartit.com Bogor, 08 Agustus 2014 19.34 WIB Teruntuk Kau yang Tak Bisa Kusebutkan Namanya (di sini), Aku baru saja mendapat kabarmu. Kau jatuh sakit, masuk angin dan mual begitu katamu. Terpaksa kau parkirkan motor Yamaha kesayanganmu di teras rumah. Membatalkan beberapa janji yang telah kau buat hari ini. termasuk rencana bertemu denganku, juga dengan seseorang lain di sana. Sehari sebelumnya kau bilang, “Jangan malam minggu, aku sudah ada janji.” Tanpa kau jelaskan, aku tahu kau akan menemui perempuan lain selain diriku. Jujur, aku menunggu kau bercerita tentang perempuan itu, tapi sayangnya kau tak kunjung bercerita. Kau memilih merahasiakan dia. Dan aku pun mulai bertanya-tanya, tak cukup baikkah aku untuk kau percayai untuk berbagai? Dan maafkan aku jika pada akhirnya aku meragukan pertemanan kita yang sudah berjalan empat tahun ini. Aku (sangat) ingin tahu, meski sebagain hatiku yang lain menolak untuk mengetahui. Jadinya aku bertengkar deng