Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2016

Nyanyian-nyanyian

Image credit: somebeatifulsonglyrics.Tumblr.com Kita senang berdendang. Bersahutan hingga serak parau suara-suara kita. Kita gemar bersenandung. Melantunkan lirik penuh hentak, atau yang bernada lirih duka. Kita menyanyikan banyak lagu-lagu, tanpa malu-malu. Tapi bila bersama, apalah jadinya nyanyian kan terdengar. Kau bernyanyi lagu penuh suka cita, dan cinta. Sedang aku, melulu hanya tahu lagu sendu, mengharu biru. Bogor, 30 Mei 2016

Perbuatan Tuhan

Image credit: littleprincessbubble.blogspot.com Apa yang ingin kau benci? Jika niat-Nya hanyalah untuk mempertemukan, bukan untuk mempersatukan. Sungguh Ia tahu apa yang berderu dalam hatimu. Juga apa yang bergemuruh dalam kepalamu. Hadir-Nya sangatlah dekat. Sangat dekat hingga Ia hapal untuk apa derai air matamu. Hingga Ia tahu untuk siapa sesak rindu di dadamu. Ia ada saat kau jatuh cinta, bahkan kini patah hati kau rasa. Ia ada di setiap degup jantung, setiap kau menatapnya. Atau kala diam-diam kau terisak jika ia tak ada. Apalah yang sampai membuatmu benci? Jika Ia Maha Tahu kepada siapa kelak bahagia hatimu kan bermuara. Apalah yang sampai membuatmu benci? Jika Ia mendekapmu setiap sesak hingga tangis itu tumpah ruah. Apalah yang membuatmu benci? Jika saat kau tak pernah dipersatukan olehnya, tapi Ia tengah merencanakan menyatukanmu dengan sosok yang lain. Yang lebih baik, yang lebih indah, yang lebih mencintai. Bogor, 29 Mei 2016

Hujan Turun, Sayang

Image credit: lovethispic.com Jangan keluar, di rumah saja. Hujan mulai turun, aku tidak sedang bersamamu. Tak ada aku yang memayungimu, atau mendekap hangat lenganmu. Kecuali dia mau, menemanimu melewati rintik, tak menghiraukan dingin menusuk kulit. Tapi aku tidak yakin. Jangan ke mana-mana, di luar hujan mulai berderai. Kita seduh saja kopi, duduk di teras, dan bertukar cerita. Menyaksikan malam menjadi larut, dan mata kita kian mengantuk. Bogor, 28 Mei 2016

Jangan Lupa Tertawa

Image credit:  goinghometoroost.com Pertemuan menjadi barang mewah beberapa tahun belakangan ini. Dulu, zamannya masih putih abu-abu, waktu bukanlah permasalahan utama kita. Enam hari dalam seminggu, dari pagi hingga sore membuat kita mati kebosanan karena yang kita temui adalah orang-orang yang sama. Mulai dari berbagi cerita, mengerjakan tugas sekolah, bekal makanan yang dibawa, hingga berbagi kejahilan. Tidak perlu diragukan lagi, kita adalah sahabat karib yang kemana-mana selalu bersama. Kalau ada aku, pasti juga ada kamu. Begitu juga sebaliknya. Sampai teman-teman yang lain, atau bahkan guru-guru, jika mencari salah satu dari kita akan terlebih dahulu bertanya kepada kita sebagai sahabat yang selalu 'nempel' setiap waktu. Kalau kita menjawab tidak tahu, asumsi yang mereka miliki adalah: "Kok, nggak tau? Kalian lagi berantem, ya?". Lihat, betapa dekatnya kita dahulu. Masa-masa itu yang tidak kita miliki adalah uang yang serba pas-pasan sesuai jata