Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2014

Happily Ever After

Sumber foto: pixgood.com Hallo, Guys ! :) Kali ini aku mau berbagi cerita sedikit tentang kegiatanku selama tiga hari kemarin. Jadi selama tiga hari kemarin itu, Gagas Media kembali hadir dalam sebuah event yang mereka adakan untuk memeriahkan liburan panjang Natal dan Akhir Tahun. Berbeda dengan event sebelumnya, yaitu Kumpul Penulis dan Pembaca 2014 dua pekan lalu, kali ini Gagas Media mengusung event dengan judul Vitual Book Tour yang melibatkan editor, penulis, blogger dan para Gagas Addict sebagai host acaranya. Jadi, sebenarnya ngapain, sih, Virtual Book Tour itu?? Para host yang udah ditunjuk oleh Gagas tersebut, diberi kepercayaan untuk mengemukakan pandangan dan pendapat mereka mengenai cerita dari tiga novel terbaru Gagas di blog -nya masing-masing. Novel-novel itu antara lain Jatuh Cinta Adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri (Bernard Batubara), Happily Ever After (Winna Effendi), dan Walking After You (Windry Ramadhina). Akan ada tiga host setiap hari

Dandelion di Senja yang Memudar

Sumber foto: flickr.com             Aku adalah seorang putri dari Dewa dan Dewi Angin. Namaku Angin Senja, angin paling bungsu dari keluarga anginku. Aku dilahirkan dari rahim ibuku untuk sebuah tugas: menebarkan tangkai-tangkai dandelion di sebuah padang dandelion yang sangat luas di tepi hutan cemara di bawah sana pada suatu senja yang memudar.             “Turunlah ke bumi, anakku, Angin Senja. Tugasmu sudah menanti. Bersahabatlah dengan dandelion-dandelion itu dan pada suatu senja yang memudar, tebarkanlah mereka dari tangkai-tangkainya dengan hembusanmu.” Begitu perinta Ayah ketika mengantarkan kepergianku di gerbang rumah kami di langit sana.             Selanjutnya apa yang akan kuceritakan padamu bukanlah kisah tentang diriku, Kawan. Melainkan kisah tentang dua orang sahabatku, Dandelion dan Kumbang, dan cinta mereka. cinta yang terlahir dari kekaguman. Cinta yang tumbuh karena keyakinan dan pengharapan. Cinta yang bersemi dari perbedaan. Cinta yang tak melul

Selamat Pagi, Bogor!

Beberapa hari lalu aku sempet misuh-misuh nggak jelas karena pikiran mumet. Mulai dari revisian Bab 1 dan draft teori buat skripsi yang nggak ada ending -nya, tiba-tiba kangen almarhum Papa dan Mama (yang berhasil bikin nggak enak ngapa-ngapain berhari-hari), sampe kepikiran gebetan yang nggak kunjung peka . Bener-bener butuh yang namanya refreshing barang sehari doang, deh! Penginnya pergi ke suatu tempat yang sejuk, adem, hijau sejauh mata memandang, nggak jauh-jauh banget dari rumah, dan yang terpenting nggak perlu ngeluarin duit terlalu banyak.  Yang kepikiran saat itu cuma satu tempat, Kebun Raya Bogor. Tapi...yakali, ah, gue jalan-jalan sendiri di tempat yang seluas itu. Nggak masalah, sih, sebenarnya, tapi yaa nggak seru aja gitu jalan-jalan muterin Kebun Raya tapi sendirian doang, nggak ada temen ngobrol. Yang ada nanti aku nawarin jasa jadi tour guide lagi (otak duitnya keluar). Hahaha :D Yaa, seenggaknya gitu ada, kek, seorang temen mah yang bisa diculik

Temui Aku, di Penghujung Sepimu

Sumber Foto: bianxm1007.tumblr.com Aku baru saja akan membidik riuhnya jalanan Kota Bogor sore hari, ketika tangan Yuke menepuk bahuku. "Aku lapar lagi, bisa kita cari tempat makan dulu?" ucapnya dalam logat Jepang yang masih kental, padahal ia sudah hampir tiga tahun di Indonesia dan berbicara bahasa Indonesia setiap hari. "Kau baru saja makan, Yuke, dua jam lalu. Secepat itukah kau lapar?" tanyaku sedikit menggoda. "Sudah jangan banyak bicara, Del, bawa aku ke tempat makan saja sekarang," Yuke sedikit mendumel sambil tangannya mengelus-elus perutnya. Tanpa banyak bicara lagi, aku mulai beranjak dari Stasiun Bogor, tempat kami menjejakkan kaki lima menit yang lalu. Yuke, si lelaki bermata sipit itu, mengekor di belakangku. Aku akan mengajaknya makan di pinggiran Jalan Veteran yang tidak jauh dari Stasiun Bogor. Di sepanjang jalan itu berjejer pertokoan tua yang masih saja ramai. Dan di depan pertokoan itu banyak berjejer makanan k