Langsung ke konten utama

Mengeluhmu


Sumber foto: imgarcade.com


Kau tak mengeluh pada bercangkir kopi hitam, yang mengepul panas di atas meja. 

Kau tak mengeluh pada berbatang rokok, seperti yang sering kawanmu sulut di ambang pintu. 

Kau tak juga mengeluh pada bergelas vodka, dari meja di sudut bar yang temaram. 

Kau cukup mengeluh pada heningnya hati. 
Pada lelahnya langkah kaki. 
Kau cukup dengan dirimu sendiri. 

Tak maukah kau bagi denganku?

Komentar

  1. tak perlu mengeluh pada kopi hitam. karena kopi adalah teman..

    BalasHapus
    Balasan
    1. tapi kalau kebanyakan juga nggak baik, ya. yang ada judulnya jadi 'teman yang menjerumuskan', hehehe :p

      Hapus
  2. heningnya hati?

    suka sama personifikasi majasnya :)
    terasa ambigu banget...

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh ya? ambigunya dengan maksud seperti apa, tuh?
      terima kasih kalau menikmatinya, hehehe :)

      Hapus
  3. Balasan
    1. yoi, bun 8-) doi emang feels comfort on his own way, begitulah~ *curcol*

      Hapus
    2. yoi, bun 8-) doi emang feels comfort on his own way, begitulah~ *curcol*

      Hapus
  4. gak perlu dibagi keluh kesah,nikmatin,sampai pada akhirnya kembali bersinar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. tapi nggak ada salahnya juga, kan, untuk berbagi, walau cuma sekedar mengobrol. bukan untuk menambah beban orang lain, tapi cuma untuk meringankan beban yang ada :)
      terima kasih udah membaca :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Bakmi Kusdi sampai Holland Bakery

Ada yang bertanya kenapa aku mau repot dan capek-capek naik kereta dari Stasiun Jakarta Kota setiap Jumat malam sepulang kerja untuk pulang ke rumah di Bogor, padahal dari arah kantor atau kosanku di Jalan Pemuda-Rawamangun lebih dekat ke Stasiun Manggarai atau naik bus dari Terminal Pulo Gadung? Atau bahkan tidak perlu jauh-jauh sampai Manggarai atau Pulo Gadung, tinggal menunggu di halte bus depan Kampus UNJ pun sebenarnya sudah ada bus ex APTB yang lewat sejam sekali.  Pasti capek, kan? Belum lagi kalau sudah ditambah dengan kemacetan Jakarta di jam-jam pulang kerja, bahkan sampai pukul delapan malam pun masih saja ramai dan padat kendaraan. Juga kondisi Trans Jakarta yang penuh, mana mungkin dapat tempat duduk sedangkan jarak yang ditempuh lumayan jauh, dari Dukuh Atas sampai Kota. Masih harus ditambah dengan jam pulang kerja yang seringnya tidak tepat waktu. Pukul enam tiga puluh adalah waktu yang paling cepat, terkadang bisa sampai pukul delapan lebih.  Jawabanku

Merdeka Berekreasi bersama Sang Kekasih!

"Ayok, kita jalan!" ajakku lusa malam kemarin kepada beberapa teman. "Sorry, Ti, nggak bisa, udah ada acara lain." Seiya sekata mereka memberikan jawaban. Tanggal 17 Agustus di kalender boleh saja sama merah dan menandakan semua orang bebas dari pergi bekerja dan sekolah, tapi belum tentu kau memiliki ketersediaan waktu yang tepat sama. Baik, aku bisa pergi jalan-jalan sendiri. Lebih baik dibandingkan hanya berdiam diri seharian di kamar kosan dan tidak melakukan apa pun selain makan, menonton drama Korea, dan tidur, juga menghindari risiko mengulangi ketiga kegiatan tersebut. Malam tanggal 16 sebelum pergi tidur, alarm kuatur seperti hari-hari kerja biasa. Bahkan aku terbangun lebih awal dibandingkan dengan jam alarm yang telah ku- set . Bangun terpagi di hari libur, gumamku sambil mengucek mata dan meregangkan badan ke kanan dan kiri. Setelah ritual ala anak kosan terselesaikan-mencuci baju dan piring, menyapu, mengepel, dan mandi-aku siap menjelaj