Langsung ke konten utama

Sunrise


Sent: 13:01 WIB 

Yang sabar, Ti.. memang prosedur itu rumit. Apalagi kita cuma mengandalkan SKTM. Namun kita harus sabar, berusaha dan berdoa.. Insya Allah ada jalan.

Itu tadi sepenggal SMS dari Bang Dedy, abang angkatku. Kalau mama sakit udah pasti dia juga ikut turun tangan buat ngerawat sampai bawa ke dokter. Cuma kali ini, memang berbarengan sama kesibukkannya di kampus, jadi dia nggak bisa langsung merawat mama. Tapi dia selalu menanyakan perkembangan mama dan mengarahkan aku harus melakukan apa. Seharian tadi tuh kami, orang-orang rumah, lagi pusing-pusingnya mengurus proses pendaftaran mama ke rumah sakit. Karena nggak ada yang berpengalaman sebelumnya soal urus mengurus registrasi rumah sakit, yang ada kami hanya dibuat bingung dengan prosedur rumah sakit yang kami tuju tersebut, apalagi kami hanya mengandalkan SKTM bukan melalui jalur registrasi umum. Pulanglah aku dengan perasaan sedih, kesal, dan marah. Dengan air mata bercucuran, aku mencoba mengabari Bang Dedy. Awalnya sempat mengurungkan diri untuk nggak mengabari dia dulu, karena mengingat dia pasti sedang sibuk. Hanya saja, nggak tau lagi apa yang harus diperbuat, SMS lah aku, dengan harapan semoga dia bisa segera pulang mendengar kabar itu, walau kecil harapannya. Tanpa mengurangi rasa percayaku dengan keluarga yang ada di rumah, aku berharap Bang Dedy dapat lebih membantu kami. Karena apa? Karena di antara kami yang dalam beberapa hari ini diliputi kegelisahan, kesedihan, dan kekesalan, dia lah satu-satunya yang tetap bersikap tenang. So, aku pikir dengan adanya dia, setidaknya dia dapat membuat kami lebih tenang juga, terutama aku dan mama. Bukan hanya baru kali ini saja dia bersikap seperti itu, tenang memang sudah menjadi pembawaan sikapnya. Di beberapa kejadian terdahulu yang selalu melibatkan dia dalam keluargaku pun, dia lah orang yang paling tenang. Jadi, saat aku mendapat balasan dari dia seperti itu, walaupun dia nggak ada di dekatku, dia mampu menularkan ketenangannya meski hanya melalui sebuah pesan elektronik. Kata-katanya kalem dan tenang. Alhasil, aku bisa lebih tenang setelah itu. Well, ibarat fenomena alam, Bang Dedy tuh seperti matahari terbit. Sinarnya nggak nyengat banget, ibarat senyum tuh senyumnya lembut, terus kalau kita nikmatin (buat aku sih) saat matahari terbit tuh rasanya nyaman banget, penuh ketenangan dan harapan baru rasanya, hangatnya itu merayap perlahan-lahan menghilangkan dingin sehabis subuh menjelang pagi. Nah sama seperti dia, keberadaannya mampu buat aku nyaman, bisa mengurangi rasa sedih dan takut hanya dengan kata-katanya. Kalau mau tau orangnya, nih fotonya. Awas jangan naksir, dia udah punya calon :p

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengeluhmu

Sumber foto: imgarcade.com Kau tak mengeluh pada bercangkir kopi hitam, yang mengepul panas di atas meja.  Kau tak mengeluh pada berbatang rokok, seperti yang sering kawanmu sulut di ambang pintu.  Kau tak juga mengeluh pada bergelas vodka, dari meja di sudut bar yang temaram.  Kau cukup mengeluh pada heningnya hati.  Pada lelahnya langkah kaki.  Kau cukup dengan dirimu sendiri.  Tak maukah kau bagi denganku?

Dari Bakmi Kusdi sampai Holland Bakery

Ada yang bertanya kenapa aku mau repot dan capek-capek naik kereta dari Stasiun Jakarta Kota setiap Jumat malam sepulang kerja untuk pulang ke rumah di Bogor, padahal dari arah kantor atau kosanku di Jalan Pemuda-Rawamangun lebih dekat ke Stasiun Manggarai atau naik bus dari Terminal Pulo Gadung? Atau bahkan tidak perlu jauh-jauh sampai Manggarai atau Pulo Gadung, tinggal menunggu di halte bus depan Kampus UNJ pun sebenarnya sudah ada bus ex APTB yang lewat sejam sekali.  Pasti capek, kan? Belum lagi kalau sudah ditambah dengan kemacetan Jakarta di jam-jam pulang kerja, bahkan sampai pukul delapan malam pun masih saja ramai dan padat kendaraan. Juga kondisi Trans Jakarta yang penuh, mana mungkin dapat tempat duduk sedangkan jarak yang ditempuh lumayan jauh, dari Dukuh Atas sampai Kota. Masih harus ditambah dengan jam pulang kerja yang seringnya tidak tepat waktu. Pukul enam tiga puluh adalah waktu yang paling cepat, terkadang bisa sampai pukul delapan lebih.  Jawabanku

Merdeka Berekreasi bersama Sang Kekasih!

"Ayok, kita jalan!" ajakku lusa malam kemarin kepada beberapa teman. "Sorry, Ti, nggak bisa, udah ada acara lain." Seiya sekata mereka memberikan jawaban. Tanggal 17 Agustus di kalender boleh saja sama merah dan menandakan semua orang bebas dari pergi bekerja dan sekolah, tapi belum tentu kau memiliki ketersediaan waktu yang tepat sama. Baik, aku bisa pergi jalan-jalan sendiri. Lebih baik dibandingkan hanya berdiam diri seharian di kamar kosan dan tidak melakukan apa pun selain makan, menonton drama Korea, dan tidur, juga menghindari risiko mengulangi ketiga kegiatan tersebut. Malam tanggal 16 sebelum pergi tidur, alarm kuatur seperti hari-hari kerja biasa. Bahkan aku terbangun lebih awal dibandingkan dengan jam alarm yang telah ku- set . Bangun terpagi di hari libur, gumamku sambil mengucek mata dan meregangkan badan ke kanan dan kiri. Setelah ritual ala anak kosan terselesaikan-mencuci baju dan piring, menyapu, mengepel, dan mandi-aku siap menjelaj