Langsung ke konten utama

Surat Kenang-kenangan

Assalammualaikum, selamat pagi cantik :)
Semoga hari-harimu tetap menyenangkan yaa..

Kapan kita bisa bertemu?
Aku sangat menantimu datang ke rumah hari ini.

Well, surat ini kutulis sebagai kenang-kenangan untukmu. Kelak suatu hari jika kita berjauhan, kamu dapat membukanya kembali sebagai obat rindu. Aku tidak tahu harus berkata apa lagi, karena kamu telah mengetahuinya sejak lama. Tetapi biarkanlah aku mengulangnya kembali, agar kita tidak lupa tentang bagaimana indahnya persahabatan kita.

Banyak hal yang telah terjadi dan kita alami bersama selama empat tahun ini. Kita berbagi tawa dan tangis bersama. Membiarkan cinta dan kasih sayang tumbuh dan berkembang di antara kita. Hingga waktu terus berjalan kita tahu, ikatan di antara kita bukan lagi sekadar sahabat, aku rasa lebih dari itu. Kita sudah seperti keluarga. Saling berbagi apapun, membantu selayaknya keluarga, dan memberi tanpa pikir panjang. Kita betah berlama-lama main di rumahmu atau rumahku hingga lupa waktu untuk pulang. Kita pun sudah saling mengenal dengan orang tua masing-masing dan tidak sungkan lagi untuk mengobrol dan bercanda dengan mereka. 

Selama empat tahun ini, kita tidak lagi malu untuk mengucap rindu, memeluk erat ketika bertemu. Kita memang tak rajin menanya kabar setiap hari, SMS pun sangat jarang. Tetapi kita tahu tanpa harus bertukar kabar setiap hari kita tetap akan seperti ini dan tidak akan berubah satu apapun dari kita. So, aku titip pesan, jaga dirimu baik-baik, akupun di sini demikian.

Di depanmu aku tidak ragu lagi untuk berkata 'ya' dan 'tidak', tidak ada perasaan tidak enak hati untuk mengatakan tentang kesalahan dan kebenaran. Di depanmu aku mampu mercerita dan berkeluh kesah dari A sampai Z tanpa ada satu hal pun yang ditutupi. Di depanmu aku mampu menangis sejadinya dan tertawa sepuasnya. Dan kepadamu, kupercayakan persahabatan yang indah sampai nanti kita mati.

Kepadamu, kutitip kasih sayang tulus hingga nanti tidak ada lagi orang yang menyayangiku selain kamu.

Aku tahu, aku bukanlah satu-satunya sahabat yang kamu miliki, kamupun begitu. Tetapi selama bersamamu, hingga bertahun-tahun, aku mampu menjadi sekonyol dan sebijak diriku. Berusaha selalu menjadi diriku sendiri apa adanya. Belajar mengeyampingkan keegoisan dan kepentingan sendiri. Saling mendukung dan tidak ragu untuk menasihati. Aku tidak akan berjanji akan menjadi yang terdepan ketika ada yang menyakitimu, pembelamu di garis depan. Tidak.. tetapi aku akan menjadi yang ada di sampingmu ketika kamu butuh genggaman tangan, dan yang ada di belakang ketika kamu butuh dorongan. 

Jika ada quote yang mengatakan, yang namanya sahabat sejati adalah ketika ada dua orang sahabat menghabiskan waktu bersama tanpa saling bicara tetapi mereka tetap merasa nyaman, mungkin itulah yang terjadi padaku ketika bersamamu. Tidak perlu banyak bicara, jika diam pun dapat menciptakan kenyamanan. Bagaimana denganmu?

Kita memang berbeda, dan kita tidak perlu menjadi sama untuk menjadi sahabat, bukan? Tetap menjadi dirimu, Ndah. Jalani hidupmu sesuai keinginan dan pilihanmu. 

Thanks for yesterday, today and tomorrow..
Aku tidak akan meminta apa-apa darimu, cukup seperti ini.

Oh ya, thanks juga buat pinjaman notebooknya :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengeluhmu

Sumber foto: imgarcade.com Kau tak mengeluh pada bercangkir kopi hitam, yang mengepul panas di atas meja.  Kau tak mengeluh pada berbatang rokok, seperti yang sering kawanmu sulut di ambang pintu.  Kau tak juga mengeluh pada bergelas vodka, dari meja di sudut bar yang temaram.  Kau cukup mengeluh pada heningnya hati.  Pada lelahnya langkah kaki.  Kau cukup dengan dirimu sendiri.  Tak maukah kau bagi denganku?

Dari Bakmi Kusdi sampai Holland Bakery

Ada yang bertanya kenapa aku mau repot dan capek-capek naik kereta dari Stasiun Jakarta Kota setiap Jumat malam sepulang kerja untuk pulang ke rumah di Bogor, padahal dari arah kantor atau kosanku di Jalan Pemuda-Rawamangun lebih dekat ke Stasiun Manggarai atau naik bus dari Terminal Pulo Gadung? Atau bahkan tidak perlu jauh-jauh sampai Manggarai atau Pulo Gadung, tinggal menunggu di halte bus depan Kampus UNJ pun sebenarnya sudah ada bus ex APTB yang lewat sejam sekali.  Pasti capek, kan? Belum lagi kalau sudah ditambah dengan kemacetan Jakarta di jam-jam pulang kerja, bahkan sampai pukul delapan malam pun masih saja ramai dan padat kendaraan. Juga kondisi Trans Jakarta yang penuh, mana mungkin dapat tempat duduk sedangkan jarak yang ditempuh lumayan jauh, dari Dukuh Atas sampai Kota. Masih harus ditambah dengan jam pulang kerja yang seringnya tidak tepat waktu. Pukul enam tiga puluh adalah waktu yang paling cepat, terkadang bisa sampai pukul delapan lebih.  Jawabanku

Merdeka Berekreasi bersama Sang Kekasih!

"Ayok, kita jalan!" ajakku lusa malam kemarin kepada beberapa teman. "Sorry, Ti, nggak bisa, udah ada acara lain." Seiya sekata mereka memberikan jawaban. Tanggal 17 Agustus di kalender boleh saja sama merah dan menandakan semua orang bebas dari pergi bekerja dan sekolah, tapi belum tentu kau memiliki ketersediaan waktu yang tepat sama. Baik, aku bisa pergi jalan-jalan sendiri. Lebih baik dibandingkan hanya berdiam diri seharian di kamar kosan dan tidak melakukan apa pun selain makan, menonton drama Korea, dan tidur, juga menghindari risiko mengulangi ketiga kegiatan tersebut. Malam tanggal 16 sebelum pergi tidur, alarm kuatur seperti hari-hari kerja biasa. Bahkan aku terbangun lebih awal dibandingkan dengan jam alarm yang telah ku- set . Bangun terpagi di hari libur, gumamku sambil mengucek mata dan meregangkan badan ke kanan dan kiri. Setelah ritual ala anak kosan terselesaikan-mencuci baju dan piring, menyapu, mengepel, dan mandi-aku siap menjelaj