Langsung ke konten utama

The Man Who Can't Be Moved

"Some try to hand me money,they don't understandI'm not broke, I'm justa broken hearted manI know it makes no sensebut what else can I do?How can I move onwhen I'm still in love with you?"


Entah sudah berapa ratus kali aku melihat kamu mendengarkan lagu itu. Berapa kali juga telah kamu jadikan lirik-liriknya sebagai status Facebookmu. Berapa ratus kali pula aku menghela napas melihat tingkahmu itu. Tidak punya semangat hidup. Hidup tinggal sebuah hal yang kau jalani mengikuti air membawamu mengalir, dan angin mengempas tubuhmu. Tanpa ada perjuangan. Kau melangkah tapi tak tahu tujuan. Kau kulaih tapi tak tahu untuk apa. Ada awan mendung yang meliputi atas kepalamu sejak berbulan-bulan lalu, ketika sahabatku yang sangat kau cintai, yang hidupnya bagai lentera kehidupan bagimu, tiba-tiba saja memutuskan hubungan kasih kalian. Kau seketika hancur. Berhari-hari tidak makan, kuliah sering telat. Dan aku berjam-jam menemani kegalauanmu di SMS.

Sudah ratusan nasihat aku ucap, dari car yang terhalus hingga ancaman dengan nada sengit. Aku tahu, kawan, sungguh tahu. Bagaimana sebarnya cintamu, bagaimana sakitnya ditinggalkan. Jadinya, kamu terpuruk sendiri. Mengunci diri dari keramaian sekitarmu. Aku tidak tahu siapa yang harus disalahkan, kamu yang terlalu cinta, atau sahabatku yang terlalu kejam meninggalkanmu begitu saja. Alasan darinya pun sudah kita dengar. Kamu pun terima penjelasan panjang lebar darinya. Tetapi itu tidak bertahan lama, beberapa hari kemudian kamu kembali meratap.

Pria macam apa kamu itu, Io?
Wajahmu tampan, kamu bisa mencari wanita lain selain sahabatku. Jangan kamu cari, mereka akan dengan sendirinya menghampiri. 
Mau sampai kapan, Io?

Kamu tetap bungkam. Dan lagi-lagi kamu mengeluarkan jurus terakhirmu dengan memberiku lirik-lirik The Script itu, dan berkata "Gw masih sayang sama dia, walau dia udah nyakitin gw." Jika sudah seperti itu, aku bisa apa? Lagi-lagi kuembuskan napas, mengelus dada, sambil geleng kepala.

Apa yang sudah sahabatku lakukan hingga membuatmu seperti ini? Kenapa begitu sulitnya melepaskan dia?

Aku setengah mati mencari cara untuk membuatmu bangkit dan melupakan semua. Aku harus bagaimana?

Posisiku sangat menyebalkan ada di antara kalian. Aku ada tapi tak bisa menengahi kalian. Sungguh tidak mengenakan ketika kita bertemu di jalan, dan hanya aku yang terlihat ceria menyapamu, sedangkan kalian berdua hanya saling melempar senyum, hanya sebatas tanda menghormati.

Dalam surat yang kutulis ini, kembali aku meminta padamu, Io.. lepaskan, carilah yang lain. Jangan siksa hatimu lebih lama lagi, biarkan dia bebas tak menyakiti si empunya. Biarkan dia pergi, jodoh tak akan lari kemana. Benahi kembali hati dan hidupmu. Jalani dengan semangat. Dia bukan tak pantas untukmu, ataupun kamu tak pantas untuknya, hanya saja waktu dan takdir tak memihakmu saat ini, mungkin nanti. Lepaskan.. dan biarkan waktu menghapus lukamu. 

Lepaskan, dan buka matamu untuk kesempatan yang lain.
Aku mohon, jangan ada lagi sesak yang merayapi dadamu,
Jangan biarkan luka menyayatmu semakin dalam,
Melangkahlah, The Man Who Can't Be Moved... 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengeluhmu

Sumber foto: imgarcade.com Kau tak mengeluh pada bercangkir kopi hitam, yang mengepul panas di atas meja.  Kau tak mengeluh pada berbatang rokok, seperti yang sering kawanmu sulut di ambang pintu.  Kau tak juga mengeluh pada bergelas vodka, dari meja di sudut bar yang temaram.  Kau cukup mengeluh pada heningnya hati.  Pada lelahnya langkah kaki.  Kau cukup dengan dirimu sendiri.  Tak maukah kau bagi denganku?

Dari Bakmi Kusdi sampai Holland Bakery

Ada yang bertanya kenapa aku mau repot dan capek-capek naik kereta dari Stasiun Jakarta Kota setiap Jumat malam sepulang kerja untuk pulang ke rumah di Bogor, padahal dari arah kantor atau kosanku di Jalan Pemuda-Rawamangun lebih dekat ke Stasiun Manggarai atau naik bus dari Terminal Pulo Gadung? Atau bahkan tidak perlu jauh-jauh sampai Manggarai atau Pulo Gadung, tinggal menunggu di halte bus depan Kampus UNJ pun sebenarnya sudah ada bus ex APTB yang lewat sejam sekali.  Pasti capek, kan? Belum lagi kalau sudah ditambah dengan kemacetan Jakarta di jam-jam pulang kerja, bahkan sampai pukul delapan malam pun masih saja ramai dan padat kendaraan. Juga kondisi Trans Jakarta yang penuh, mana mungkin dapat tempat duduk sedangkan jarak yang ditempuh lumayan jauh, dari Dukuh Atas sampai Kota. Masih harus ditambah dengan jam pulang kerja yang seringnya tidak tepat waktu. Pukul enam tiga puluh adalah waktu yang paling cepat, terkadang bisa sampai pukul delapan lebih.  Jawabanku

Merdeka Berekreasi bersama Sang Kekasih!

"Ayok, kita jalan!" ajakku lusa malam kemarin kepada beberapa teman. "Sorry, Ti, nggak bisa, udah ada acara lain." Seiya sekata mereka memberikan jawaban. Tanggal 17 Agustus di kalender boleh saja sama merah dan menandakan semua orang bebas dari pergi bekerja dan sekolah, tapi belum tentu kau memiliki ketersediaan waktu yang tepat sama. Baik, aku bisa pergi jalan-jalan sendiri. Lebih baik dibandingkan hanya berdiam diri seharian di kamar kosan dan tidak melakukan apa pun selain makan, menonton drama Korea, dan tidur, juga menghindari risiko mengulangi ketiga kegiatan tersebut. Malam tanggal 16 sebelum pergi tidur, alarm kuatur seperti hari-hari kerja biasa. Bahkan aku terbangun lebih awal dibandingkan dengan jam alarm yang telah ku- set . Bangun terpagi di hari libur, gumamku sambil mengucek mata dan meregangkan badan ke kanan dan kiri. Setelah ritual ala anak kosan terselesaikan-mencuci baju dan piring, menyapu, mengepel, dan mandi-aku siap menjelaj